Wacana Kita - Bukan
rahasia lagi, sebuah bahasa bisa menggambarkan kondisi mental penuturnya.
Bahasa adalah jiwa sebuah bangsa, kata sebuah pepatah. Dan hadirnya judul berita
ini, "Kisah 5 Pria Indonesia Yang Beruntung 'Dapat' Wanita Bule",
sangat menggambarkan betapa sebetulnya orang Indonesia masih rendah diri di
hadapan bangsa lain.
pria indonesia menikahi warga asing |
Persoalannya
sederhana, bagaimana bisa lelaki yang mendapatkan perempuan bule bisa dikatakan
sebagai "beruntung"? Apakah jika lelaki-lelaki itu mendapatkan
perempuan pribumi, mereka tidak beruntung? Atau malah sial bin apes? Mendapat
pasangan bule itu "keberuntungan" dari segi apa? Apakah statusnya
meningkat? Derajatnya jadi naik? Hidupnya terjamin surga? Atau apa? Ini judul
berita yang aneh!
Betul,
ia aneh. Dan menjengkelkan pula! Jika mendapat pasangan bule adalah
keberuntungan karena dianggap derajatnya jadi meningkat, maka sungguh
ketertelaluan judul tersebut. Itu tidak bisa dimengerti lain kecuali bangsa
kita menduduki derajat yang lebih rendah ketimbang kaum bule. Persepsi diri
semacam ini hanya dimiliki oleh orang yang merasa rendah diri di hadapan para
bule. Mental kaum budak! Mental para jongos!
Bila
memperoleh pasangan bule dianggap keberuntungan karena statusnya menjadi lebih
keren dan mentereng, maka itu sama saja menganggap bahwa bangsa kita ini tidak
keren. Ini juga tak kalah dungu! Sejak kapan 'keren' itu identik dengan bule
dan 'tidak keren' identik dengan bangsa kita? Mentang-mentang mereka bule
lantas akan secara otomatis menjadi keren dengan sendirinya, begitu? Lalu,
putra bangsa kita akan serta-merta ikut keren berkat berpasangan dengan kaum
bule, begitu? Tak masuk di akal! Absurd! Pandir, malah!
Atau
jangan-jangan ini adalah masalah kesejahteraan. Oleh sebab mata uang mereka
lebih tinggi kursnya, lantas ketika memasuki negara kita uang mereka jadi lebih
banyak. Berpasangan dengan kaum bule berarti berkesempatan untuk menikmati
keuntungan finansial ini. Kaum pria pribumi ini akan lebih kaya sebab kaum bule
rata-rata punya rupiah lebih melimpah. Ini anggapan apa pula?! Serendah itukah
bangsa ini dipersepsi di hadapan kaum bule? Di mana kebanggaan itu? Di mana
harga diri itu? Di mana Indonesia?!
Maaf,
maaf, saya agak parno kalau urusan begini ini. Membaca Pramoedia Ananta Toer
membuat saya sedikit mengerti tentang hal ini, bahwa masalah kita adalah
terlalu rendah diri di hadapan kaum bule. Itu persoalan sejak jaman kolonial.
Dan kini, setelah kolonialisme itu diusir 71 tahun silam, perasaan rendah diri
itu masih bercokol di benak bangsa ini. Keterlaluan!
Baiklah,
memang tidak semua anak bangsa masih rendah diri di hadapan kaum bule. Tapi
jelas sekali, penulis berita online itu terjangkit penyakit mental itu. Dan
dengan tanpa beban, dia menyebarkan mentalitasnya yang kerdil itu ke para
pembacanya, agar tulisannya dibaca, agar pesannya ditangkap, agar para pembaca
ikut terharu seperti dirinya, terharu sebab ada 5 pria pribumi
"beruntung" mendapat pasangan bule. Beruntung gundulmu!
Oleh:
Gus Hilal
Sumber: facebook.com
tes.
ReplyDelete