Wacana Kita - Ngobrol tentang perbedaan, pasti di antara kita pernah mengalaminya. Karena memang perbedaan merupakan keniscayaan yang tak dapat dipungkiri. Oleh karena itu, perbedaan perlu disikapi secara bijak.

ilustrasi diskusi
Jika memang perbedaan sudah tidak lagi bisa dihindarkan maka kita harus menyikapinya dengan benar, sikap yang benar seperti apa? Tabayyun (klarifikasi), yap betul, kita harus bertemu satu sama lain dan saling menasehati, atau diskusi. Usaha itu dapat berupa pertemuan intens antara kedua belah pihak atau diskusi terbuka yang dihadiri oleh semua orang. Tujuannya adalah untuk mencari titik temu dan kejelasan permasalahan yang sedang dipermasalahkan.

Ada adab yang perlu dijaga oleh kita dalam Tabayyun agar nantinya tujuan awal untuk mendapatkan titik terang dapat terwujud dan supaya tidak ngglambyar (melebar) kemana-mana. Kalaupun tidak tercapai, pertemuan itu tidak menciptakan luka baru akibat perbedaan yang diperburuk dengan permasalahan yang muncul ketika Tabayyun dilaksankan.

Prof. H. Nadirsyah Hosen, Ph.D dalam bukunya: Tafsir Al-Quran di Medsos, mengungkapkan cara berdebat/ berdiskusi/ berdiplomasi yang langsung diperintah oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Al-Karim pada Surah Tha Ha (20): 43 – 44.
{اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى}
Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melewati batas. (Tha Ha: 43)


{فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى}
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Tha Ha: 44)

 Di dalam Al-Qur’an Allah telah memerintahkan Nabi Musa a.s untuk berbicara lemah lembut meskipun itu kepada seorang Fir’aun yang sudah melawati batas.

Sangatlah patut kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW yang milenial mematuhi dan meneladani sikap nabi – nabi terdahulu. Jadi monggo kita belajar menggunakan bahasa yang baik dan lemah lembut dan meniru cara diplomasi Nabi Musa a.s yang langsung diperintah oleh Allah SWT.
Wa Allahu A’lam bi Al-Shawab


Post a Comment

 
Top