Wacana Kita - Segala sesuatu memang memiliki kebaikan dan keburukan
masing-masing yang tidak tersingkir pula dari persepsi dan pemahaman. Bahkan
ideology memiliki artian dikotomik tersebut. Ideologi memiliki pengertian
positive dan negative, dalam arti Positif, ideology menunjuk keseluruhan
pandangan cita-cita, nilai dan keyakinan yang ingin diwujudkan dalam kenyataan
hidup kongkrit. Ideologi ini bahkan dibutuhkan karena dianggap mampu
membangkitkan kesadaran akan kemerdekaan. Sedangkan dalam pengertian negatif
karena dikonotasikan dengan sifat totaliter yaitu memuat pandangan dan nilai
yang menentukan seluruh segi kehidupan manusia secara total, dan secara mutlak
menuntut manusia hidup dan bertindak sesuai apa yang digariskan ideologi itu,
sehingga menafikan kebebasan pribadi
serta membatasi ruang geraknya. Idelogi oleh karl marx di bongkar dan di anggap
sebagai false consciousness (kesadaran
palsu), dan menganggap agama sebagai candu, trans, ekstase.
panji nu |
Nyatanya memang Ideologi itu selalu dinamis bergerak seiring
dengan perkembangan zaman. Kecuali memang ideologi yang tertutup dan tidak
ingin menerima kemajuan zaman dengan lambat laun ideology tersebut akan,1.
lentur mengikuti zaman atau 2. malah yang lebih parah adalah menghilang dari
eksistensinya di belantara ke-ideologi-an. Terbukti sudah bahwa ideologi yang
tidak mau menerima perkembangan, fasisme sudah sangat minim pengikutnya,
berbeda jauh dengan kapitalisme yang pengikut ideologisnya menjamur di seluruh
Negara-negara dunia.
Setiap ideology yang telah hadir didunia ini pasti memiliki
proses masing-masing yang semakin mengukuhkan ideology tersebut menjadi sebuah
pegangan/panutan sebagai landasan bertindak, berfikir, dan memotovasi hidup
sang penganut idoelogi, berikut Ini adalah 4 rukun ideologi, dan yang memiliki
4 rukun ini pastilah layak untuk disematkan pada namanya sebagai ideology, yang
masing-masingnya pasti memilikinya.
1. Nilai, salah
satu sebab musabab kenapa ideology bisa lahir memang tidak bisa dipungkiri
karena memang ada nilai,sesuatu yang dianggap merepresentasikan
kelompoknya/golongannya, yang ingin
diperjuangkan yang dianggap akan menjadikan golongannya lebih sejahtera. Dengan
membawa bendera nilai yang dapat ditawarkan kepada masyarakat maka eksistensi
dari ideology tersebut semakin lama akan mempunyai simpatisan dan semakin hari
akan memiliki loyalis-loyalis yang siap mati memperjuangkan ideology tersebut.
2. Instrument, panafsiran
yang digunakan oleh setiap ideology berbeda-beda dan tentu akan menafsirkan
realitas sosial non-fiktif, baik itu realitas teks yang menjamur didunia
pemerintahan maupun realitas historis yang tercecer bebas di khalayak umum.
Penggunaan instrument pendorong bergeraknya paham secara dinamis dan menjadi
progresif.
3. What to do, mimpi
yang harus diraih,visi kedepan, yang harus diselesaikan oleh ideologi ini. Jika
tidak ada visi yang diusung kedepannya maka belumlah layak disebut sebagai
ideology yang patut dianut dan dalami.
4. How to do, jalan
praxis nya untuk menacapai mimpi yang dicita-citakan bersama, menyangkut berbagai
aspek meliputi social, budaya, ekonomi, politik dll. Penyebaran kekuasaan
secara sporadic akan sangat membantu penyebaran paham yang diusung dan jika
berhasil dimata masyarakatakan akan sangat mendompleng kejayaan sebuah paham.
Dengan menilik kriteria di atas, maka Ahlus as-sunnah wa al-jamaah an-nahdliyah (ASWAJA NU) sudah bisa sebut
sebagai ideologi. Aswaja NU sudah mempunyai kesemua 4 rukun di atas dan layak
untuk di pakai, manhaj. Karena tidaklah memungkinkan untuk membentuk madzhab
didalam madzhab. Prinsip-prinsip dasar dari ideologi aswaja:
·
Epistemology;
·
Metodologi;
·
Aksiologi;
·
Oprasionalisasi,
dan;
·
Stretegi
5 dasar prinsip ini sudah mencakup 4 rukun ideologi. Aswaja
NU termasuk kedalam jenis ideology yang positif. Terkandung nasionalisme yang kental
didalamnya tanpa harus mendiskreditkan rakyat, dan menjadi sekuleris yang
praktiknya agama di buang kedunia lain. Aswaja NU mempersatukan kedaulatan
tertinggi di Negara demokratis, rakyat, agama-bukan hanya islam, dan
nasionalisme. Ini adalah dasar terbentuknya PANCASILA yang berwal dari TRISILA
tersebut. Di dalam metodologi befikir Aswaja NU terkandung tawazun, tasamuh, dan tawasuth yang menyerukan para pengikut paham
ini hari selalu berada pada posisi seimbang, moderat, dan toleran terhadap
masalah apapun. Selalu dikontekstualisasikan dan diaktualisasikan terhadap
perkembangan zaman Sebab itulah Aswaja NU tidak pernah memiliki produk pakem
dan baku, Aswaja NU dimanapun tempatnya akan mencoba akan selalu di tengah
tidak ke kiri dan juga ke kanan, berusaha selalu ditengah-tengah dari para
ekstrimis dan selalu dinamis. Yang terkadang dikatakan lembek oleh oknum yang
tidak menyukai atau terusik dengan keberadaan dan lahirnya NU, justru karena
sifat fleksibilitasnya NU membuat NU bertahan dalam segala rintang dan halangan
yang menghadang NU untuk berkembang, yang terjadi sebaliknya, NU semakin Berjaya.
Sebagai kader Aswaja NU (AN), dituntut untuk menggunakan
aswaja sebagai manhaj al-fiqr untuk
menganalisa keadaan social dan akhirnya bisa mempunyai kesimpulan untuk
bergerak dan bertindak. Menjadikan aswaja sebagai pola piker yangtidak
dibolehkan untuk ditinggal.
Tidak bisa dibayangkan jika pada masa perjuangan, jika AN
tidak ikut andil di dalam perang melawan penjajah. Lewat Resolusi Jihad KH
Hasyim Asy’ari, bahwasannya membela Negara adalah fardhu ‘ain, wajib hukumnya. Mengobarkan semangat Bung Tomo, para
pemuda-pemuda dan santri-santri tebu ireng yang ikut meneteskan darah demi
kemerdekaan yang diidamkan oleh Negara Kesatuan ini.
Tetapi sayangnya, sampai pada penghujung hari ini maraknya
kasus oportunisme, pragmatism yang melanda pemuda-pemuda penerus tonggak AN
kelak. Terjadinya pengroposan tulang dari dalam AN itu sendiri. Mengakibatkan kurangnya
solid sesame anggota, berebut jabatan, berebut kekuasaan di dalam tubuh AN. Ghiroh
pergerakan AN tidak se-“ngeri” dulu.
Salah satu penyebabnya adalah ternina bobokkan nya AN dengan
majunya zaman, kedekatan dengan pemimpin yang terlalu berlebih yang
mengakibatkan menurunnya daya nalar kritis kaum AN.
Sebagai penerus gerakan dan kelanjutannya AN di Indonesia harus
lah daun mudanya terus dirawat dan di pupuk dengan pupuk yang benar, jangan
hanya di cekoki dengan politik pragtis yang jelas akan mengurangi proses
perjalan mereka untuk mencapai kebenaran yang haqiqi. Meskipun didunia ini
kebenaran adalah kontekstual, maka dari itulah kader AN harus siap dalam segala
medan untuk menjalankan roda kaderisasi AN di masa yang akan datang.
Post a Comment