Wacana Kita - Istilah Ideologi berasal dari kata idea dan logos yang secara bahasa dapat diartikan hukum tentang ide.  Sedangkan ideologi pertama kali digunakan dalam ilmu sosial oleh Destutt de Tracy (1754-1936) yang membicarakan topik ini secara sistematis.
Dalam kajiannya, Destutt de Tracy mempertanyakan asal-usul ide, mengapa sebuah ide muncul, bagaimana berkembangnya sertã strategi penyebarannya.  Ideologi dalam hal ini dipahami sebagai pengetahuan yang netral tanpa kepentingan. Ideologi merupakan instrumen untuk mencapai keteraturan kehidupan yang menempatkan akal sebagai hal yang utama.  Dengan demikian, ideologi dalam pemahaman Tracy bermakna positif. Yakni sebuah ilmu yang menyelidiki tentang idea atau pengetahuan dalam pengertian positivistik ala August Comte.
aswaja - wacana kita
Pandangan berbeda tentang ideologi disampaiakan oleh Karl Marx yang menyatakan ideologi adalah kesadaran palsu. Ideologi dengan demikian menjadi penghijab masyarakat dengan realitas sejati dan menggantinya dengan kesadaran dan pandangan meninabobokan masyarakat. Dalam pandangan Karl Marx  Agama dalam hal ini termasuk di dalamnya. Ideologi dalam pandangan Karl Marx adalah pandangan yang negatif.
Aswaja sendiri adalah sebagai sebuah ideologi dalam pengertian positif dengan penjelasan : (1) Aswaja adalah tafsir terhadap teks dan realitas historis yang mengikutinya. Juga menyediakan jawaban apa dan bagaimana yang harus dilakukan untuk mencapai imajinas ideal.  (2) Aswaja merupakan pengikat sosial.
Kekhasan Aswaja An-Nahdliyah :
1.Epistemologi.
Di level epistemologi, AN menerima sumber kebenaran dari teks (naql), rasio (‘aql), pengalaman (waqi’iyyah), irfani mencakup ilham dan manam, al ru’yah al shadiqah dan adat istiadat sebagai bagian epistemologi AN. epistemologi lain sering kali tidak atau kurang berimbang dalam menempatkan sumber kebenaran.
2.Metode
Metode berpikir (principle method of thinking)  yang terdiri tawasuth (titik tengah), tawazun (proporsionalita) dan tasamuh (toleransi)
3.Nilai
Sebagai nilai yang mencakup nilai al ‘adalah.
4.Opersionalisasi
Dalam level oopersional, AN yang khas berdasarkan pengalaman sosial politik di Inoensia, dengan kerangka nilai lain seperti [1] Hubbul Wathan min al iman atau nasionalisme, menerima nation-state sebagai kerangka operasional berbangsa, bermasyarakat dan agama. [2] Al Taqaddum, masih mencri bahasa yang tepat, intinya, kita ingin menjadi fa’il sejarah, bukan ikut arus sejarah orang lain. Sehingga kata al-akhdzu harus diprogrssaifkan menjadi ijad atau al taqaddum itu. Termasuk di dalamnya Bid’ah khasanah sebagai ada inovasi. Al Akhdzu lebih bersfat pasif dan bisa akan ketinggalan zaman, maka perlu konsep al taqaddum. [3] konsep Al Ikho atau ukhwah yang ada 4 lapis, yakni  Ukhwah Nahdliyyah, Ukhwah Islamiyyah, Ukhwah Wathaniyyah, dan Ukhwah Basyariyyah.  Ini semakin releven dengan tercabiknya silaturahmi warga NU. [4] Keragaman pluralisme dengan prinsip “li ta’arafu”. [5] uzlah
5.Strategi
Dalam strategi mengopersionalkan AN, belum ada bahasa arabnya. Seluruh gerakan di NU dikerangkakan dalam 3 strategi dasar [1] pribumisasi di level nilai, ideologi, budaya dan pemikiran, [2] Nasionalisasi dalam kebijakan ekonomi politik, [3] konservasi dalam bidang sumber daya alam.
(Oleh: Gus athok lukman hakim, Sebagai pendahuluan diskusi aswaja di sekolah aswaja. Minggu.11.12.2016 )

Post a Comment

 
Top