Wacana Kita - Presiden Republik Indonesia,
Bapak Joko Widodo, pada pembukaan acara olahraga terbesar di asia, Asian Games
ke-18 di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, menampilkan kepada dunia bahwa
negara Indonesia adalah negara yang beragam dari berbagai unsur budaya, adat,
seni, dan aneka ragam kekayaan alamnya murni milik indonesia dan hanya dimiliki
indonesia, seolah-olah menunjukkan kepada dunia negara Indonesia tidak ada
masalah apapun, justri selalu gembira dan tersenyum kepada siapapun. Itu adalah
tawaran kenyataan yang bertolak belakang dengan keadaan politik indonesia yang
dipenuhi dengan hoax/ berita bohong yang sedang gencar di negara indoneisia.
Presiden menciptakan realitas baru bahwa indonesia sedang baik-baik saja dan
tidak sedang menghadapi suatu masalah apapun. Ini adalah satu contoh dari
hiperrealitas yang diciptakan oleh petahana yaitu Bapak Joko Widodo, ada satu
contoh lain, yaitu Trans Papua, pemerintah menyodorkan berita kepada publik
bahwa jika ditanah papua diberi jalan yang baik maka indonesia akan semakin
maju, dan seolah-olah pembangunan infrastruktur itu yang diinginkan oleh
masyarakat papua sendiri. Realitas buatan yang diproduksi secara massif dan
terstruktur juga disimulasikan dengan baik maka akan menjadi realitas baru yang
seakan-akan itu benar adanya.
wacana kita - para calon presiden dan wakil presiden 2019 - 2024 |
Lawan politik dari Bapak Joko Widodo di dalam pemilihan presiden tahun 2019 ini adalah Bapak Prabowo Subianto ternyata juga menggunakan metode simulacra untuk mengumpulkan suara dan dukungan kepada dirinya. Satu contoh, meskipun informasi yang beliau sampaikan dalam konferensi pers tentang Ratna Sarumpaet, salah seorang pendukung Bapak Prabowo sekaligus aktifis Hak Asasi Manusia, bahwa Ratna mendapat intimidasi dan kekerasan terhadap dirinya, menawarkan realitas baru bahwa di indonesia hukum tentang HAM belum bisa ditegakkan dengan baik dan benar oleh aparatur negara. Contoh kasus selanjutnya adalah usaha dari kelompok pendukung dari Bapak Prabowo dalam reinu 212 di Monumen Nasional yang mengklaim bahwa pendukungnya yang hadir mencapai 4 juta jiwa dan semua mendukung Bapak Prabowo untuk menggantikan Bapak Joko Widodo. Jumlah pasti dari reuni 212 tidak ada yang dapat membuktikan seberapa persis jumlahnya, sebagian yang mendukung beliau hanya melakukan klaim dan sebagian lain yang tidak mendukung hanya membantahnya, karena tidak ada data yang riil dari jumlah reuni 212 di Monumen Nasional tersebut. Tim pemenangan dari Bapak Prabowo menawarkan kepada publik bahwa Bapak Prabowo ini sedang didukung oleh berjuta-juta orang dan tidakkah kalian tidak ingin mendukunngnya juga? Dengan klaim yang tidak bisa di satukan ini mebuat realitas semu yang di bangun untuk menutupi realitas yang sebenarnya gagal beropresi dengan baik.
Setalah beberapa pemaparan
diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa memang di zaman yang serba instan dan
modern ini membuat informasi tersebar dengan sangat cepat dan tanpa ada yang
bisa mengontrolnya, kecuali diri sendiri, akun-akun dalam media sosial yang
dimiliki oleh orang tidak bertanggung jawab akan menyebarkan hoax/ berita
bohong dan disebarkan. Itulah sebab mengapa para warganet sering terkena hoax/
berita bohong. Meraka memang menciptakan realitas baru yang hakikatnya bertolak
180⁰ dari
realitas yang ada dan membuat warganet bingung sesungguhnya berita mana yang
dapat mereka percaya.
Teori Simulacra Jean Baudrillard ini memang sedang terasa sangat
diterapkan dalam kehidupan sosial di negara Indonesia. Banyak iklan-iklan yang
menawarkan realitas baru yang semu tetapi di simulasikan dengan baik, hasilnya
realitas semu tersebut seolah-olah menjadi nyata. Lebih bahaya lagi kalau sudah
menjadi budaya dan nilaai yang dianut oleh warganet dan warga negara.
Post a Comment