Wacana Kita - Kenapa kita memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW? Bagaimana
asal-usulnya maulid nabi Muhammad diperingati? pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab
waktu itu umat Islam sedang berjuang mempertahankan diri dari serangan
tentara salib Eropa (The Crusade). Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan
menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat
itu kehilangan semangat
perjuangan dan persaudaraan.
Sultan Salahuddin Al-Ayyubi, Ia memerintah
para tahun 1174-1193 M atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub di kota Qahirah
atau Kairo, Mesir. Ia berkata Semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal
kecintaan umat kepada Nabi mereka. Setiap 12 Rabiul Awal
kalender Hijriyah, setiap tahun kini harus dirayakan
secara massal.
Usulan Salahuddin disetujui khalifah di
Baghdad yakni An-Nashir. Pada musim ibadah haji bulan Dzulhijjah
579 H (1183 Masehi), Salahuddin mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah
haji, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 M) tanggal 12 Rabiul-Awal dirayakan
sebagai hari Maulid Nabi.
Dalam penyebaran Islam di Nusantara, Maulid Nabi atau Muludan digunakan oleh Wali Songo untuk sarana
dakwah dengan berbagai kegiatan yang menarik masyarakat agar
mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai pertanda memeluk Islam.
Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut Perayaan Syahadatain, yang oleh orang
Jawa diucapkan Sekaten.
Dua kalimat syahadat itu dilambangkan dengan
dua buah gamelan ciptaan Sunan Kalijaga bernama Gamelan Kiai Nogowilogo
dan Kiai Gunturmadu, yang ditabuh di halaman Masjid Demak pada waktu
perayaan Maulid Nabi. Sebelum menabuh dua gamelan tersebut, orang-orang yang
baru masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dulu
memasuki pintu gerbang "pengampunan" yang disebut gapura
(dari bahasa Arab ghafura, artinya Dia mengampuni).
Pada zaman kesultanan Mataram, perayaan Maulid
Nabi disebut Gerebeg Mulud. Kata "gerebeg" artinya mengikuti,
yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton menuju masjid untuk
mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap dengan sarana upacara, seperti nasi
gunungan dan sebagainya. Disamping Gerebeg Mulud, ada juga perayaan
Gerebeg Poso (menyambut Idul Fitri) dan Gerebeg Besar (menyambut Idul
Adha).
Kini peringatan Maulid Nabi sangat lekat
dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi'ul Awal
(Mulud), sudah dihapal luar kepala oleh anak-anak NU. Acara yang
disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Nabi ini amat variatif. Ada yang hanya
membaca Barzanji atau Diba', kesenian hadhrah, mau’idlatul hasanah dari para
muballigh.
Para ulama NU memandang peringatan Maulid Nabi
ini sebagai bid’ah atau perbuatan yang di zaman Nabi tidak ada, namun
termasuk bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) yang diperbolehkan dalam
Islam.
Dalam Madarirushu’ud Syarhul Barzanji
dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda: "Siapa menghormati hari lahirku, tentu
aku berikan syafa'at kepadanya di Hari Kiamat." Sahabat Umar bin Khattab mengatakan: “Siapa yang menghormati hari lahir rasulullah
sama artinya dengan menghidupkan Islam!”
Memperingati Maulid Nabi Muhammad hanya semata-mata untuk lebih meningkatkan kecintaan umat islam terhadap Nabinya, Nabi Muhammad SAW.
wallahu a'lam
Post a Comment