Wacana Kita - Film Berjudul Flying Colors / Birigyaru ini diproduksi tahun 2015 silam. Sutradara Nobuhiro Doi menggarap film ini dengan baik dan penuh dengan pesan mendalam terhadap dunia remaja pula terhadap dunia parenting. Film berdurasi 117 menit ini menyuguhkan drama antara anak dan orang tua. 
    Film ini, menurut saya sebagai orang yang awam dalam bidang perfilman dan dunia pedagogi ataupun andragogi, adalah film yang bagus untuk pendidikan bagi anak dan orang tua. Kok bisa begitu? Mari kita sedikit bahas tentang isi film tersebut tentu dengan kaca mata saya. Pertama, film ini adalah pendidikan yang bagus bagi anak, kenapa? Karena pemeran utama dalam film ini, Sayaka Chan, sulit sekali bersosialisasi dengan teman sebayanya yang mengakibatkan dia harus pindah sekolah beberapa kali. Pindah-pindah sekolah bukanlah perkara yang mudah ya, tentu memiliki keribetan tertentu yang membutuhkan jiwa, raga dan perasaan baik orang tua maupun sang anak. Sampai suatu ketika Sayaka tertarik kepada salah satu seragam sekolah yang murid-murid lain pakai dan akhirnya dia ingin pindah ke sekolah tersebut hanya karena ingin memakai seragam sekolah yang katanya cute, karena di sekolah-sekolah yang sebelumnya tidak memakai seragam seperti yang baru dia lihat. 
    Setelah pindah sekolah baru ini, Sayaka Chan menemukan teman dan berinterkasi dengan baik dengan tiga temannya hingga SMA. Ibu Sayaka tidak perduli dengan nilai dari Sayaka karena Nilai tidak penting bagi sang ibu, yang lebih penting dari nilai adalah dia bisa berteman dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Karena ibu tau kalau Sayaka menderita di sekolah sebelumnya karena tidak bisa mendapatkan teman dan selalu dirundung oleh siswa lainnya. Nah, ini sudah masuk pada pembahasan pendidikan bagi orang tuanya. Sang ibu selalu memberi kesempatan bagi Sayaka untuk berubah untuk lebih baik meskipun sang ayah tidak menghiraukannya, sang ayah cenderung meremehkan Sayaka. Sang ibu tidak membeda-bedakan anak satu dengan anak yang lainnya. Sayaka memiliki 2 adik, satu adik laki-laki yang selalu dibanggakan ayahnya dan satu lagi adik paling kecil perempuan yang mengajari dia arah mata angin, iya betul sudah SMA tapi kemampuannnya masih setara dengan anak SD. Karena ibunya membiarkannya bersosialisasi dan membiarkan dia berbaur dengan teman-temannya. Jadi, selama SD sampai SMA Sayaka tidak terlalu memperhatikan pelajaran yang dia perhatikan hanyalah bergaul dengan temannya. 
    Masalah muncul karena Sayaka tidak bisa apa-apa dan digadang-gadang tidak akan mempunyai masa depan jika tidak mengerti satu pelajaranpun. Akhirnya sang ibu memberikan les bagi Sayaka yang mengakibatkan ibunya harus mencari uang tambahan untuk membayar es tersebut disamping harus membayr sekolah sang ibu harus juga membayar uang les. Karena melihat kesungguhan ibunya maka Sayaka bersungguh-sungguh pula untuk belajar dan berubah. Teman-teman Sayakapun mendukungnya dengan mengurangi mengajak dia main karaoke dan jalan-jalan tapi tidak dengan memutuskan tali pertemanannya. 
    Film ini karakter happy ending ya. Jadi, semua perjuangan yang Sayaka dan sang ibu lakukan tidak berujung sia-sia. Sayaka berhasil masuk Universitas Kieo, Universitas Swata terbagus di jepang. 
    Kesimpulan yang muncul dalam kepala saya adalah sekolah adalah tempat anak untuk bersosialisasi dengan teman dan masyarakat atau juga bisa belajar tatakrama di masyarakat. Kalau mau hanya sekedar untuk lolos ujian masuk Universitas ternama Sayaka hanya butuh waktu beberapa bulan saja tanpa harus bertahun-tahun duduk di bangku sekolah. Kenyataannya Sayaka hanya memperoleh teman setia dan loyal kepada Sayaka. Tapi untuk ilmu dia dapatkan dari tutor les dia yang sangat hebat.
    Kalau kalian memilliki pendapat lain monggo kita diskusikan, maklumlah ya. ini masih pemula penulisnya. 

Post a Comment

 
Top